Lestarikan Budaya, Warga Desa Bedingin Gelar Kenduri Bungah
PONOROGO (KR) - Kamis (25/7) ribuan warga dari berbagai
daerah berbondong- bondong menjadi saksi ritual ‘Kenduri Bungah’ yang
diselenggarakan di Desa Bedingin, tepatnya di Dukuh Tambahrejo, Kecamatan
Sambit, Ponorogo, Jawa Timur. Sejumlah warga asing pun tampak turut menyaksikan
ritual kesyukuran warga tersebut.
Dalam ritual tersebut Ribuan warga desa Bedingin menyusuri
pedukuhan yang ada sambil mengarak Satu tumpeng raksasa berisi hasil bumi. Di
belakangnya, para warga mengusung berbagai makanan berbungkus daun pisang dan
gedebog. Lalu rentetan doa dipanjatkan. Pitutur Jawa dalam balutan tembang
macapat dilantunkan. Hening. Warga khusyuk mendengar satu demi satu petuah para
nabi dan tetua dalam Kitab Ambyo yang dibaca sang pengujub.
Usai doa dan dilanjutkan makan Bersama, buceng hasil bumi
pun dipurak atau diperebutkan oleh para warga.
“Keberadaan buceng atau tumpeng, berbagai makanan dan
kenduri yang kita sebut Kenduri Bungah ini adalah cara dari kami untuk bisa
hidup secara nglenggono, menerima. Menerima apa yang telah diberikan Tuhan
kepada kita semua,” ungkap Kepala Desa Bedingin Marjuki di sela kegiatan.
Dalam acara tersebut dilakukan juga pembacaan solawat ambyo.
Saat solawat ini dibacakan, sejumlah penari nasional dan internasional, tampak
menuruni tebing bukit Lemah Gemplah di timur panggung utama sambil melakukan
gerakan-gerakan tari.
Usai purak atau rebutan isi buceng hasil bumi, sejumlah
penampilan senipun dilaksanakan. Mulai dari tarian jathil sepuh, tari kreasi
baru oleh siswa SMAN 2 Ponorogo hingga wayang pethil.
Marjuki menyatakan, bungah atau kegembiraan ini adalah sikap
yang harus dimiliki oleh setiap warga Bedingin secara khusus dan Kecamatan
Sambit dan Ponorogo secara umum sebab telah mendapatkan hasil bumi. Besar atau
kecil, semuanya harus diterima dengan gembira.
Diterangnya, ritual tersebut melibatkan seluruh lapisan
masyarakat Desa Bedingin. Mulai dari anak-anak, para pemuda, orang tua, hingga
pejabat desa dan Forpimka pun juga turut menjadi peserta ritual.
Marjuki juga menjelaskan, yang ditonjolkan dari kegiatan
Kenduri Bungah adalah pada aspek ‘Seni dan Budayanya’. Keterlibatan generasi
muda dimaksudkan agar budaya yang dimiliki bisa terus terjaga, terpelihara dan
lestari.
“Yang pada malam ini terselenggara adalah yang ketujuh
kalinya. Kebetulan kali ini lebih spesial karena kita berkolaborasi dengan
teman-teman dari Jakarta yaitu Elly D. Luthan, salah satu penata tari ternama
di Indonesia, beserta dengan rekan- rekannya,” terang Marjuki.
“Kami menggelar acara ini degan dana swadaya. Selain itu,
ada juga bantuan subsidi dari para kepala desa se-wilayah Kecamatan Sambit,”
tuturnya.
Selain para anggota Forpimka, acara tersebut juga dihadiri
oleh Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Ponorogo, Lilik Slamet Raharjo. Ia
sangat mengapresiasi dan juga memberikan dukungan.
Marjuki berharap, kegiatan ini akan terus berkembang dan
menjadi tujuan wisata yang aman dan menyenangkan. Rangkaian acara Kenduri
Bungah sendiri sudah berlangsung selama empat hari sejak Senin (22/7). Kenduri
Bungah di Desa Bedingin akan dipungkasi dengan sajian tari dan musik Pawonku
Pawonmu pada Jumat (26/7).
Dalam acara tersebut tak hanya tarian dam musik yang di
sajikan melainkan juga pelatihan alias workshop yang digelar antara lain adalah
workshop musik, tari, pengelolaan sampah plastik dan pariwisata desa.
“Sedangkan melalui workshop pengelolaan sampah plastik kita
berikan agar kita semua ini mengurangi penggunaan plastik agar bumi tetap
lestari. Materinya adalah daur ulang sampah dan cara mengurangi sampah plastik
itu sendiri. Bukti nyatanya, saat kenduri ini kita tidak memakai bungkus
plastik tapi pakai daun pisang dan daun jati,” ujar marjuki.
Workshop desa wisata juga digelar untuk meningkatkan
penggarapan wisata-wisata di seluruh wilayah Sambit. Terutama untuk menggali
dan meningkatkan potensi yang ada. Kegiatan yang dipusatkan di Kawasan Lemah
Gemplah ini menjadi upaya untuk menghidupan kembali potensi wisata di Sambit
seperti Beji Sirah Keteng dan museum desa setempat.
Dilansir dari : https://ponorogo.go.id