Berita Utama

[News][bleft]

Sari Berita

[Sekilas][twocolumns]

PASANG BADAN MENAHAN BADAI


Oleh: Rino Desanto W.
Dosen Politeknik Negeri Madiun 


Banyak cerita aneh di negeri aneh, salah satunya cerita tentang seorang yang pasang badan menahan badai yang sedang ramai menjadi pembicaraan publik. Sepintas orang yang pasang badan bagai relawan yang merelakan diri menjadi tameng amukan badai. Apakah mereka yang pasang badan benar-benar seorang relawan sejati yang merelakan dirinya terhempas badai demi keselamatan banyak orang.

Benarkah mereka seorang relawan? Kenapa mereka pasang badan hanya untuk jenis badai tertentu? Ada nuansa pilih-pilih badai. Bukankah hal ini membuat banyak orang berprasangka. Jangan salahkan siapapun jika ada yang berprasangka bahwa mereka bukanlah relawan sejati, melainkan orang yang dikorbankan. Bisa jadi mereka tidak dikorbankan, melainkan seorang penyedia jasa untuk menjadi tameng tatkala badai tiba. Berbagai dugaan muncul seiring kemunculan penahan badai.

Berbicara jasa, maka tak aneh jika mereka pilih-pilih jenis badai. Badai yang mendatangkan lebih besar imbalan jasa tentu menjadi daya tarik yang lebih kuat. Dengan kata lain jasa yang selama ini telah dirintis bukan tidak mungkin dikorbankan demi imbalan jasa yang lebih besar. Lagi-lagi masalah perut menjadi motif utama dalam permainan di dunia nyata. Demi ganjalan perut dan iming-iming masa depan yang lebih cerah menjadikan mereka bersedia menerima tawaran jasa menahan badai.

Namun ada yang mereka lupa, iming-iming pastilah berkaitan dengan masa yang belum tiba. Bukan tidak mungkin suatu saat mereka justru menjadi korban badai. Jika sampai hal ini terjadi, bukan tidak mungkin suatu waktu penyedia jasa penahan badai akan gulung tikar. Akan banyak penyedia jasa banting stir, efek bagusnya dendam cantik kemudian membuka usaha penyedia jasa pelurus jalan. Walau profesi pelurus jalan tidak menjamin keuntungan melimpah, paling tidak bisa memberikan kenyamanan.

Terlepas dari apakah menahan badai sebagai sebuah profesi atau suatu situasi sulit di bawah tekanan atau pembelaan pada yang lemah, sungguhnya menahan badai mengandung unsur perlawanan. Badai tidak selayaknya ditahan, badai selayaknya diberi jalan agar mereka mengekspresikan diri, memperlihatkan wajah badai yang sesungguhnya. Badai bukan untuk ditahan, semakin ditahan badai semakin kuat menerjang. Akan menjadi lelucon jika pada akhirnya penahan badai terjungkal, menjadi korban badai.

Siapapun yang sengaja menebar badai tentu memiliki sesuatu hal yang sengaja disembunyikan. Badai hanyalah siasat mengaburkan apa yang ada dibalik kabut badai. Badai hanyalah bagian kecil dari sebuah peristiwa, badai hanyalah bagian luar dari sesuatu yang tersembunyi. Apa yang disembunyikan tidak jauh dari warna kelam. Jika benar apa yang tersembunyi berwarna terang tentu tak ada gunanya menebar badai.

Dalam banyak cerita badai, kaum awan senantiasa bertanya mengapa tiba-tiba muncul penahan badai. Bukankah badai sudah lama berputar-putar di atas negeri, kenapa tiba-tiba muncul penahan badai. Seolah hendak mengatakan ini urusan pribadi tak ada kaitan apapun dengan apa yang selama ini menjadi pikiran orang. Mungkinkah ada akibat tanpa sebab, mungkinkah sebab yang demikian kecil memiliki efek ledakan yang menggelegar. Sungguhnya mudah ditebak mana yang benar mana yang salah. Suatu yang tidak rasional yang dirasionalisasi tentu akan tampak janggal.

Walau bisa diterima oleh aturan yang ada, namun pikiran sehat akan mengarah pada logika sandiwara. Sandiwara yang gagal secara logika di negeri aneh masih memungkinkan diterima oleh aturan yang ada. Pertanyaannya mengapa diperlukan sandiwara, bukankah banyak orang tahu bahwa badai itu bukan sandiwara. Apakah ini bukan sebuah penghancuran logika. Seolah masyarakat dikutuk sebagai makhluk yang selalu menerima suguhan tontonan tanpa analisa.

Bukan tidak mungkin target pencarian siapa yang menghembuskan badai hampir habis. Mau tak mau penahan badai mesti dimunculkan, bagai pahlawan baru bangun tidur, pasang badan siap bertanggung jawab atas amukan badai. Namun, apa dikata jika ternyata penahan badai tidak mampu memperlihatkan kekuatannya menahan badai. Sebaliknya orang banyak yang tertawa melihat kemunculan penahan badai kesiangan.
Setelah sandiwara kemunculan penahan badai, bukan tidak mungkin akan muncul lagi penahan badai yang lain, terus-menerus silih berganti. Hingga orang jenuh mencermati dan melupakan apa yang sebenarnya terjadi dengan badai. Hingga orang tak lagi mencari jawab siapakah sesungguhnya yang sang penebar badai. Hingga suatu hari hari muncul badai baru, dan orang-orang lebih tertarik dengan badai yang masih segar dan menarik keingintahuan banyak pihak.

Kisah badai dmei badai terus berulang hingga waktu tak tentu. Negeri yang awalnya berjuluk negeri makmur kini berganti juluk negeri aneh. Negeri aneh kini sedang menunggu penyaji kisah nyata, bukan penyaji sandiwara yang mudah diterka jalan ceritanya. Siapakah yang pantas menjadi penyaji kisah nyata, hingga kini masih belum diketahui rimbanya. Kapan negeri aneh kembali berjuluk negeri makmur, hanya Tuhan yang tahu. (*)

IKLAN

Recent-Post