TBM
KRIDHARAKYAT, MADIUN - Madiun dikenal
sebagai salah satu ”pusat” durian di Jatim. Cukup banyak varietas unggulan yang
dibudidayakan di sana. Bukan hanya lokal, durian manca seperti D24 hingga
montong juga ada.Kabupaten itu juga memiliki sentra pasar durian, tepatnya di
Desa Pagotan, Kecamatan Geger.
Dari beragam jenis
durian yang ada di daerah ini, salah satu yang cukup tersohor adalah durian
suluk. Varietas lokal itu berasal dari Kecamatan Dolopo. Tepatnya di Desa
Suluk.
Kondisi
geografis itulah yang membuat durian suluk punya banyak keunggulan. Selain
rasanya khas, para pencinta durian tidak usah khawatir kehabisan stok. Di sana
ada sedikitnya 5 ribu pohon durian suluk yang dibudidayakan warga. Saat musim
panen tiba, sepanjang jalan desa itu berubah jadi sentra durian.
Dari
sekian banyak pelaku usaha durian suluk di desa itu, salah satu yang dikenal
adalah Parmin. Pria itu merupakan sesepuh usaha durian desa itu sejak 1985.
Selain menanam sendiri, Parmin menampung durian suluk hasil panen warga lain.
Dalam sehari, pria itu bisa menjual lebih dari 200 buah.
Meski
jumlah produksi durian suluk begitu banyak, varietas itu hampir selalu habis di
pasaran. Sebab, durian tersebut sudah sangat terkenal sejak lama. Bahkan ketika
Parmin masih kecil. Sampai-sampai, saat ini tidak warga ada yang tahu persis
sejarah pertumbuhan varietas satu ini. ”Yang jelas tukulan (bibit) lokal. Sudah
ada sejak lama. Warga hanya tahu namanya durian suluk,” jelasnya.
Dari
segi fisik, durian suluk mudah dikenali. Bentuknya tidak terlalu besar.
Beratnya 1 sampai 2 kilogram. Cenderung bulat. Yang unik, kulit durian itu
cukup tipis. Hanya satu ruas jari.
Soal
kualitas tidak usah ditanya. Sebab, faktor itulah yang membuat durian suluk
jadi buruan. Meski ukuran buahnya kecil, dagingnya tergolong tebal. Antara 1
hingga 1,5 sentimeter.
Rasanya juga beda. Meski didominasi
manis, tapi variasinya banyak. Pembeli bisa memilih. Ada yang manis saja, manis
pahit, hingga durian yang punya sensasi pahit panjang juga ada. Warna daging
buahnya juga beragam. Ada putih susu, kuning pucat, kuning, hingga kuning tua. ”Paling
banyak diminati ya yang manis pahit,” katanya.
Keunggulan itulah
yang membuat durian suluk begitu diminati. Pembelinya tak hanya dari Madiun
atau daerah lain di Jatim, tapi juga para pencinta durian dari luar provinsi.
Karena itu, meski masa panen durian tersebut lebih awal dari jenis lain,
rata-rata pelanggan sudah hafal kapan harus datang ke Desa Suluk untuk berburu.
Satu lagi yang
membuat para penikmat durian suluk sulit berpindah ke lainnya. Saat menikmati
durian di tempat para penjual, termasuk di kediaman Parmin, secangkir kopi
seakan jadi teman wajib. ”Ada yang mencampur kopinya dengan durian. Enak
katanya,” ujar Parmin. (RADAR MALANG)