Berita Utama

[News][bleft]

Sari Berita

[Sekilas][twocolumns]

Mukona Memaknai Hari Perempuan Internasional

Oleh : Dra. Agnes Adhani, M.Hum

ADA UNGKAPAN
"celakalah menjadi perempuan cantik, lebih celaka lagi menjadi perempuan tidak cantik". Menjadi perempuan bukan lagi diterima sebagai "grant" atau "gift" terindah dari Allah yang harus diterima dengan penuh syukur, alih-alih menghadirkan ketidakadilan. Itulah yang dirasakan dan dialami oleh perempuan pekerja di Amerika saat itu. Hak suara dan pendapatan yang tidak adil dalam ranah publik dan dunia kerja menggerakkan perempuan untuk 'menuntut hak'. 


PEMBAGIAN peran laki-laki dan perempuan di pedesaan boleh dikatakan sudah adil dan setara. Laki-laki subuh berangkat ke sawah, perempuan masuk dapur olah-olah, ke sumur umbah-umbah, pukul sembilan mengantar sarapan suami berupa nasi hangat dengan sambel tempe bosok (kenangan masa kecil Mukona yang begitu indah dan damai). Setelah itu mereka kembali pada aktivitas masing-masing yang sungguh sama-sama bekerja. Kehidupan desa yang ayem tentrem. Dalam pengolahan sawah ada peran perempuan dengan tandur 'menanam padi', matun 'menyiangi', derep 'menuai padi', ngiles 'merontokkan padi', nutu 'menumbuk padi' napeni dan nginteri 'membersihkan kotoran gabah'. Sekarang peran itu terpinggirkan. Perempuan kehilangan peran di dunia pertanian akibat "revolusi hijau", sehingga perempuan beralih menjadi babu di luar negeri atau buruh pabrik dengan upah dan perlakuan yang tidak adil, bahkan menjadi korban kekerasan. 


HAL ITU menjadi keprihatinan perempuan, termasuk Mukona. Pagi ini ketika melihat kalender Mukona berhenti sejenak untuk merenungkan makna Hari Perempuan Internasional dan mengingat perjuangan para perempuan yang tidak mudah dalam melawan status quo dan hegemoni kekuasaan. Kesadaran bahwa perubahan keadaan perlu diperjuangkan tidak dengan pasrah, menyerah, dan menerima sebagai nasib dan kodrat.  



LAYAKLAH
bila perjuangan para perempuan dalam mendapatkan hak yang adil diapresiasi dan menjadi bahan refleksi bagi perempuan, bahwa menjadi perempuan tidak mudah hanya bermodal wajah dan bodi yang indah.  SELAMAT HARI PEREMPUAN INTERNASIONAL.

*) Dra. Agnes Adhani, M.Hum adalah Dosen Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya Kampus Kota Madiun.

 

IKLAN

Recent-Post