Berita Utama

[News][bleft]

Sari Berita

[Sekilas][twocolumns]

Buah Perjuangan Kartini Saat ini

Oleh : Dra. Agnes Adhani, M.Hum *)

SETIAP 21 April Indonesia memperingati Hari Kartini. Hingar bingar ucapan, kebaya dan sanggul bersunting melati yang hanya bersifat surface, permukaan, cover, chasing, lip service, diikuti dengan lomba macak dan ratu keluwesan yang kasar mata, tanpa bisa menukik ke dalam sanubari perempuan terkait dengan hakikat emasipasi dan kesetaraan. Hal seperti itu memang dibutuhkan, tetapi akankah selalu hanya begitu-begitu saja? 


KEMENTERIAN Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak menyambut peringatan Hari Kartini dengan "Diskusi Interaktif Pencegahan Perkawinan Anak dalam Pandangan Lintas Agama" dan Sekretariat Gender dan Pemberdayaan Perempuan Konferensi Waligereja Indonesia SGPP KWI) memperingati Hari Kartini 2021 dengan seminar daring "Membangun Sinergi Gerakan Kesetaraan Gender dan Inklusif Sosial dalam Gereja dan Masyarakat'. 


PERJUANGAN Kartini akan sia-sia bila hanya "diperingati" tanpa ada usaha sinergitas berbagai komponen masyarakat, lembaga agama, dan pemerintah dalam mewujudnyatakan kesetaraan gender dengan tindakan nyata dalam menjembatani ketimpangan relasi perempuan dan laki-laki dan ketidakadilan serta kekerasan yang lebih banyak menimpa kaum Kartini. 


KEMUNGKINAN  perempuan yang terpinggirkan, tersingkirkan, dan terasingkan memiliki keberanian tampil  sebagai pelaku terorisme. Teroris biasanya identik dengan laki-laki atau perempuan hanya sebagai pendukung dan penyerta, tetapi serta merta mata kita terbuka melihat perempuan sebagai aktor tunggal pelaku teror. Adakah yang salah dalam memaknai hidup dan kehidupan ini? 


INILAH kiranya hal-hal yang harus kita cermati bersama dalam memandang perempuan dan keperempuanan yang kadang dianggap remeh, tak penting, tak bersuara, serta diam dan mudah dibungkam. Ranah yang rawan bagi perempuan untuk mendapatkan kesetaraan adalah bidang hukum, pemerintahan, dan politik. Walaupun sudah ada afirmasi dan keterwakilan perempuan di bidang politik sebesar 30 % untuk memenuhinya tidaklah mudah. Bekal berkiprah di bidang politik dibutuhkan popularitas, elektabilitas, dan isi tas dan modal itu tidak cukup banyak dimiliki perempuan. Sinergitas dan kekompakan perempuan untuk memilih perempuan kelihatannya bisa digulirkan dan digaungkan, agar perempuan bisa berjaya di pemilu 2024. Perempuan sebagai penentu kebijakan dan responsif gender sangat dibutuhkan dan bisa dicapai dalam Parlemen. 


MARI para perempuan bergandeng tangan mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dalam semua lini kehidupan dengan dipersiapkan sejak dini, mulai hari ini.  Selamat Hari Kartini 2021.

*) Penulis adalah : Dosen pada Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya Kampus Kota Madiun


IKLAN

Recent-Post