Berita Utama

[News][bleft]

Sari Berita

[Sekilas][twocolumns]

Maria Listiyanti : Kurikulum Operasional Penting Dikembangkan Sebagai ‘Diversifikasi Kurikulum’

MADIUN (KORAN KRIDHARAKYAT.COM) - Kurikulum operasional penting dikembangkan sebagai ‘diversifikasi kurikulum’. Dalam hal ini, diversifikasi kurikulum pada hakekatnya merupakan sebuah ‘praktik’ sekaligus ‘produk’ dari konteks sosial, budaya, ekonomi, dan politik sebuah masyarakat. Demikian dikatakan oleh Maria Listiyanti didampingi Apriyanti Wulandari dari Pusat Kurikulum dan Pembelajaran,  Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi dalam paparannya pada kegiatan Validasi Panduan Pengembangan dan Model Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan Kesetaraan dalam rangka finalisasi kurikulum untuk mendukung model kurikulum yang dikembangkan pada program kualitas pengajaran dan pembelajaran tahun 2021 di Sekretariat  PKBM KA-ER Kabupaten Madiun, Kamis (2/12). 



PADA KEGIATAN
Validasi Panduan Pengembangan dan Model Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan Kesetaraan yang dibuka oleh Kepala Bidang PAUD dan Dikmas  Prapto Purnomo, S.Pd, M.Pd mewakili Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Madiun Dra. Siti Zubaidah, M.H dan diikuti para tutor PKBM KA-ER dan mitra antara lain Dekan FKIP Universitas Widya Mandala Surabaya Kampus Kota Madiun Dra. Agnes Adhani, M.Hum, Dosen Universitas Tri Bhuana Tunggadewi Malang DR. Firsta Bagus Sugiharto, S.Pd, M.Pd, Praktisi PLS Reni Wahyu Eka Sayekti, S.Pd, M.Pd, Penilik Dikmas Balerejo Djoko Supeno, S.Sos tersebut, Maria Listiyanti  selanjutnya mengatakan bahwa  pembangunan pendidikan yang sensitif keragaman melalui diversifikasi kurikulum bertujuan untuk menciptakan manusia Indonesia yang berkarakter dan mampu menghadapi tantangan zaman. “Dalam hal ini, diversifikasi kurikulum pada hakikatnya merupakan sebuah ‘praktik’ sekaligus ‘produk’ dari konteks sosial, budaya, ekonomi, dan politik sebuah masyarakat. Sebagai praktik, diversifikasi kurikulum merupakan bagian integral dari sistem rekayasa sosial (social engineering) oleh kelas sosial yang berkuasa atau dominan,” tandasnya.   



SEDANGKAN,
sebagai sebuah produk sosial, politik dan budaya, lanjut Maria Listiyanti diversifikasi kurikulum merupakan ‘cermin’ dari nilai-nilai dominan yang ada dalam sebuah struktur masyarakat. “Karena itu, kurikulum operasional oleh satuan pendidikan menjadi penting dikembangkan sebagai diversifikasi kurikulum dan merupakan penjabaran dari kurikulum nasional. Keragaman konteks sebagai setting kurikulum operasional menempatkan konteks lokal dalam respon pembangunan pendidikan tanpa mengesampingkan visi nasional dan global,”ujarnya. 

 


MENURUT Maria Listiyanti
, keragaman konteks menguatkan fleksibilitas dalam pendidikan dan itu yang menjadi karakteristik pendidikan kesetaraan. Bahkan, dalam situasi pandemi rupanya telah mendorong perluasan konsep fleksibilitas ini menjadi perspektif yang perlu digunakan juga  untuk pendidikan formal. Fleksibilitas mencakup  pilihan-pilihan yang bertalian dengan jalan masuk dan jalan keluar, seleksi aktivitas pembelajaran, asesmen atas tugas dan sumber daya pendidikan.  Sementara dari sudut pandang guru, ia juga membuka pelbagai alternatif terkait alokasi waktu, model serta metode komunikasi dengan peserta didiknya serta institusi pendidikan yang mendukungnya.  Perubahan pendidikan yang lebih lentur dan adaptif ini lah yang mendapat tempat dalam kebijakan ‘merdeka belajar’. Indonesia secara perlahan tapi pasti mulai menerapkan suatu pendekatan pembelajaran yang lebih adaptif terhadap kebutuhan siswa dan konteks pembelajaran: situasi guru, situasi kelas dan suasana satuan pendidikan. “Dengan itu ada peluang bagi pembelajaran untuk ditampilkan sebagai pengalaman yang lebih hidup, variatif, dan ada kesadaran kritis, serta partisipasi peserta didik dan pendidik dalam kesetaraan dan kebersamaan di dalamnya,”jelasnya lagi.  



DIJELASKAN
juga pada kegiatan yang dilaksanakan selama 2 hari (Kamis dan Jum’at) tersebut bahwa  panduan yang divalidasi ini penting karena nantinya sebagai acuan bagi satuan pendidikan dan pemangku kepentingan yang secara bergotong royong merancang kurikulum operasional dengan konteks yang beragam. Kurikulum yang kontekstual akan memberikan pengetahuan dan pengalaman belajar pada peserta didik dengan nilai-nilai yang dapat direfleksikan dan dipertahankan untuk ketercapaian profil pelajar Pancasila.   




KETUA PKBM KA-ER, Monica Selvia Arni, S.I.Kom
 dalam kesempatan tersebut menyampaikan terimakasih kepada Pusat Kurikulum dan Pembelajaran yang sudah memberikan kepercayaan kepada PKBM KA-ER untuk menjadi tempat kegiatan. “Terimakasih Bu Maria, Bu Apri dan Bu Dewi,”ucapnya. (KR – WAHYU/TUN/EKA).

IKLAN

Recent-Post