Berita Utama

[News][bleft]

Sari Berita

[Sekilas][twocolumns]

Penggunaan Kata Sapaan: “Mbak, Tidak Sopan?”


Oleh : Dra. Agnes Adhani, M.Hum
Dosen Pendidikan Bahasa Indonesia UKWMS
Kampus Kota Madiun


TOPIK INI menarik untuk diangkat dengan adanya berita viral soal driver ojol diberi bintang satu karena panggil pelanggan ”Mbak” (https://kompas.com>tren). Tulisan kekesalan berupa unggahan Don’t call me ”mbak”. You are in Jkt! Say it ”non” or ”kak”. Tidak sopan (4/2/2022). Pada beberapa pelayanan umum, seperti minimarket dan tempat makan serta layanan online  menyapa pelanggan dengan ”kakak” justru terasa tidak sopan, karena tidak ”memandang muka”. Saya beberapa kali protes dengan meminta secara sopan bahkan memaksa untuk disapa dengan ”ibu”, tetapi mereka tetap menyapa siapa pun dengan “kakak”. Saya merasa ini justru tidak sopan. Hal ini menarik untuk dibahas.

KATA SAPAAN adalah kata-kata yang digunakan untuk menyapa, menegur, menyebut orang kedua atau siapa pun yang tidak ingin diajak berbicara. Kata sapaan adalah kata ganti orang kedua yang digunakan dalam proses berkomunikasi. Kata sapaan digunakan dalam percakapan setiap hari, baik formal maupun nonformal.


ADA SEMBILAN jenis kata sapaan, yaitu (1) kata ganti persona: Anda, kamu, dikau, (2) nama diri: Agnes, Ardi, Dinda, (3) istilah kekerabatan: kakek-nenek, paman-bibi, kakak-adik, (4) gelar dan pangkat: raden, jenderal, profesor, (5) kata pelaku: pendengar, pemirsa, pelari, (6) bentuk nominal: Tuhanku, kekasihku, sayangku, (7) kata-kata  deiksis, kata yang acuannya tidak tetap: situ, (8) nomina lain: tuan-nyonya, tuan-puan, dan (9) ciri nol: kata sapaan yang tidak disebutkan: ФSudah mau pergi?  Anda/Bapak sudah mau pergi?.


SELAIN ITU ada juga gabungan: (1)  gelar dan pangkat diikuti nama diri: Jenderal Soedirman, Profesor Soepomo, Raden Sulardi, (2) istilah kekerabatan diikuti nama diri: Eyang Wiryo, Budhe Subarti, (a)dik Budi, (3) nomina lain diikuti nama diri: Tuan Sudarto, Nyonya Sudarti, Tuan Achmad.


PENYEBUTAN nama diri juga terdapat variasi, seperti (1) dua suku atau tiga suku, dipakai secara utuh: Agnes, Ardi, Dinda, Widodo, Wiryono, (2) Satu suku awal: Wir(yono), Wur(yanti), War(tini), (3) dua suku akhir: (Su)hanto, (Su)marno, (Su)hadi. Kelaziman dan kebiasaan pemanggilan biasanya tidak dilanggar, seperti Wid, Widodo, tetapi bukan *Wido atau *Dodo, Wir, Wiryono, bukan *Wiryo atau *Yono. Selain itu ada kecenderungan zaman penggunaan suku/kata akhir Dyah Kurniawati Watik, Agnes AdhaniHani dan penggunaan suku/kata awal seperti Dyah KurniawatiDyah, Agnes Adhani Agnes.


PENYAPAAN dengan istilah kekerabatan bersifat kadang bersifat kontekstual: baik situasi, nilai kepantasan, status sosial, maupun kultural, seperti varian penggunaan simbok, emak, ibu, bunda, mama, mami, mommy, umi dan mbah, (si)mbah, (e)yang (e) mbah (la) nang, mbah raka, mbah (ka)kung, eyang (ka)kung.


Mari kita gunakan kata sapaan secara baik, benar, tetap, dan santun demi pemartabatan bahasa Indonesia. (*)

IKLAN

Recent-Post