REFLEKSI HARI PENDIDIKAN NASIONAL 2023 : PENDIDIK SEBAGAI PAMONG DAN PENGANGON
Oleh : Dra. Agnes Adhani, M.Hum
SETIAP 2 Mei kita memperingati Hari Pendidikan Nasional untuk mengenang jasa Bapak Pendidikan Indonesia, yaitu Ki Hajar Dewantara. Menurut Undang-Undang Sisdiknas nomer 20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
PENDIDIK adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Pendidik dengan berbagai sebutan sesuai dengan perannya.
UNDANG-UNDANG Guru dan Dosen nomer 14 tahun 2005 merumuskan guru sebagai pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, Pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Pada pendidikan tinggi, tenaga pendidik disebut dosen. Guru berperan aktif me- dengan sepenuh hati, bukan sebatas professional dan memenuhi SOP.
PAMONG adalah pengurus, pelayan atau pendidik yang bertugas momong. Momong adalah suatu kegiatan mengasuh, membimbing, mengasihi, menyayangi, mengayomi, menjaga anak yang dilakukan sepenuh hati agar anak bisa mendapatkan asuhan dan pendidikan yang lebih baik dan lebih layak. Tokoh pamong, pemomong yang bisa kita teladani adalah tokoh Punakawan dalam pewayangan. Semar dan ketiga anaknya: Gareng-Petruk-Bagong selalu mengikuti (kadang di depan-di samping-di belakang) kesatria yang dimong dengan penuh kasih, mendengarkan keluhan, memberi wejangan saat dibutuhkan, menghibur, memenuhi kebutuhan, mendampingi sepanjang perjalanan. Dengan asah-asih-asuh merengkuh ndara-nya dengan ndara yang respect dan tidak sia-sia terhadap pamongnya. Relasi punakawan yang pamong dengan kesatria yang dimong ini merupakan contoh pola hubungan pendidik dan peserta didik, yang seharusnya bekerja sama, bekerja sama, kesalingan: saling membutuhkan, mendengarkan, mengembangkan, respect. Bukan ketimpangan relasi dan kekuasaan. Pendidikan harusnya mendahulukan ajakan dan reward bukan perintah dan punishment. Pendidikan adalah memanusiakan manusia, tidak menjadikan mereka pembebek, pembeo, pengekor, peniru, penduplikasi, apalagi menjadikan mereka bayi raksasa yang selalu di-: disuapi, dilayani, didengarkan, dipahami, dipenuhi segala kebutuhannya tanpa kemandirian, diugung dan diuja.
PENGANGON atau gembala (sherpherd) selalu dikonotasikan relasi timpang dan searah, antara pengangon yang manusia dan yang diangon adalah binatang seperti kambing, domba, sapi, kerbau. Hubungan pengangon dan yang diangon, gembala dan yang digembalakan menunjukkan hubungan timbal balik dan kepercayaan. Guru yang berperan sebagai pengangon tentu mengasihi kambing-dombanya, mengenali mereka satu per satu, memahami kebutuhannya, dan membawanya ke sumber air yang tenang, ke padang rumput yang hijau, dan jauh dari bahaya dan kambing dombanya yakin dan percaya kepada gembalanya tanpa reserve karena pasti selamat dan aman sentosa. Bahkan gembala yang baik akan mencari dombanya yang hilang dan menggendongnya saat ada yang terluka.
SEBAGAI refleksi Hari Pendidikan Nasional 2023 mari kita sebagai pendidik, guru dan dosen, mewujudnyatakan panggilan hidup kita menjadi pamong dan pengangon dengan teladan Ki Hajar Dewantara: ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Mari kita berjuang menjadi pamong dan pengangon yang bermartabat dan menjadikan peserta didik kita semakin merdeka dengan empat C: Communication, Collaboration, Creative thinking, and Critical thinking.
Selamat Hari Pendidikan Nasional 2023.
