Berita Utama

[News][bleft]

Sari Berita

[Sekilas][twocolumns]

Pemdes Pakah Kacamatan Mantingan Ngawi Gelar Festival Jembulan dan Pentas Wayang Kulit

NGAWI (KORAN KRIDHARAKYAT.COM) - Pelaksanaannya berlangsung meriah sekaligus unik. Acara tersebut yakni bersih desa yang diperingati saban Jumat Legi yang dilaksanakan setahun sekali. Kegiatan dimulai dengan jalan sehat berhadiah di pagi hari, lalu dilanjutkan dengan pagelaran wayang kulit di siang hari yang dibawakan oleh seorang dalang perempuan. Pada sore harinya, diadakan Festival Jembulan, yang diikuti oleh warga dari setiap RT. "Di malam hari juga digelar pagelaran wayang kulit semalam suntuk," ujar Kepala Desa Pakah Sumargono.



Uniknya, bentuk Jembulan atau gunungan di Pakah berbeda dari yang biasanya ditemukan di desa-desa lain di Ngawi. Jembulan di Desa Pakah berbentuk limas di bagian bawahnya dan dihiasi dengan sayur-sayuran serta buah-buahan hasil panen. Di puncak jembulan, dihias dengan bunga-bunga dari bambu, hadiah, jajanan, pakaian, serta uang. "Semua ini berasal dari swadaya dan sukarela masyarakat setiap RT," tambah Sumargono.

Ada tiga belas jembulan yang diperebutkan oleh warga. Seluruh jembulan dikumpulkan di sepanjang jalan depan Kantor Kepala Desa Pakah. Sebelum perebutan dimulai, diadakan doa bersama, dan setelah itu warga diperbolehkan untuk berebut jembulan hingga habis. "Alhamdulillah, kali ini acara berlangsung aman tanpa ada warga yang terluka atau terinjak-injak," jelasnya. 




Kepala Desa Pakah menuturkan bahwa tradisi Jembulan ini telah berlangsung selama puluhan tahun. Bahkan, sejak dia masih remaja, tradisi ini sudah sangat meriah. "Dulu, sekitar tahun 70-an, acara ini terasa lebih berkesan karena pangan masih mahal dibanding sekarang," katanya sambil mengingatkan bahwa dulu banyak warga dari desa lain yang ikut serta dalam acara Jembulan.

Pada masa lalu, semarak bersih desa di hari Jumat Legi seperti merayakan lebaran, dengan banyak sanak saudara dan orang dari perantauan mudik ke Pakah untuk mengikuti Jembulan. Nuansa sakral terasa lebih kental, dan isi jembulan biasanya terdiri dari makanan seperti nasi dan lauk, tanpa jajanan instan seperti sekarang. "Sekarang isinya lebih bervariasi, namun tetap menarik," terangnya.

Tradisi Jembulan terus dijalankan untuk mempererat kebersamaan warga dan sebagai wujud syukur atas panen yang melimpah. Sumargono menyebutkan bahwa acara Jembulan di Jumat Legi tahun ini sengaja dilaksanakan pada awal September. Hal ini diputuskan melalui musyawarah, karena Jumat Legi di bulan Agustus jatuh di awal bulan, berdekatan dengan perayaan HUT RI ke-79. "Ini dilakukan supaya tidak mengurangi kemeriahan kegiatan Agustusan yang masih berlangsung," pungkasnya. Demikian sebagaimana diinformasikan oleh Radar Madiun. (KR-FEB/AS)


IKLAN

Recent-Post