Berita Utama

[News][bleft]

Sari Berita

[Sekilas][twocolumns]

Industri Batik Baru Muncul di Ponorogo, Lebih Kreatif Tapi Tetap Lestarikan Batik Ponoragan


PONOROGO (KORAN KRIDHARAKYAT.COM) - Kejayaan industri batik di Ponorogo memang tinggal menyisakan kenangan. Namun, itu bukan akhir dari cerita. Belakangan bermunculan bibit sentra batik baru di Ponorogo. Kemunculannya menandai era baru batik menjadi fashion yang tidak hanya identik dengan golongan priyayi saja. 


Batik Neutral salah satunya, muncul di tahun 2019 dari tangan Fitria Jamil yang fokus pada produksi motif Ponoragan khas Bumi Reog Dia tergerak menghidupkan kembali kejayaan batik dengan mendirikan Lembaga Kursus Batik dan Pelatihan (LKP) di Kelurahan Kertosari, Babadan.


Fitria mengajarkan pembuatan kreatif produksi batik motif Ponoragan kepada peserta pelatihan. Seperti motif wayang, reog, warok, ganongan hingga merak. "Membatik itu sebenarnya bukan hal sulit, semua bisa dipelajari,’’ kata Fitria. Fitria tak pelit ilmu menularkan berbagai teknik pembuatan batik. Mulai batik tulis, batik cap, batik ciprat, hingga ecoprint.


Pesertanya tidak hanya dari lokal Ponorogo, Fitria ditunjuk Kementerian Pendidikan Kebudayan Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) mengajar delegasi yang dikirim ke rumah produksinya. "Sekitar 50-60 orang yang kami latih selama satu bulan,’’ jelasnya.


Batik tak lekang zaman, konsep serta motif disesuaikan dengan perubahan generasi. Seperti penentuan kombinasi warna, desain, hingga ketelatenan saat membatik. Apalagi batik Ponoragan identik dengan Bumi Reog menjadi daya tarik tersendiri bagi peminat dari luar daerah."Sekarang batik disukai banyak orang tidak hanya orang tua, tapi juga anak muda,’’ terangnya.


Sepuluh tahun sebelumnya, industri batik Ponorogo turut dijaga Christine Hery Purnawaty. Pemilik batik Lesoeng, Kelurahan Mangkujayan, Ponorogo itu sejak 2009 lalu telaten memproduksi batik khas Ponorogo dan batik motif-motif lainnya. "Kami awal-awalnya cari pembatik yang sudah pensiun, kami ajak lagi untuk ikut membatik dan melestarikan batik di Ponorogo,’’ Christine.


Keberadaan batik Lesoeng diakui Christine tak lepas dari keprihatinannya terhadap industri batik Bumi Reog. Sempat rasakan masa jaya, namun masuki era 2000-an, hanya segelintir industri yang masih bertahan.


Padahal, sejarahnya para seniman batik lahir dan tumbuh di Ponorogo. Termasuk industri besar, seperti koperasi hingga perusahaan kain mori. "Pabrik kain mori saja dulu ada sekitar empat di Ponorogo karena banyaknya pembatik dan industri pada jamannya,’’ ujar Anggota DPRD Ponorogo dari PKS tersebut. Memiliki ciri khas tersendiri, Christine menjamin batik buatannya awet. Pun memiliki warna-warna natural.


Selain mengenalkan lewat butik, Christine juga getol mengenalkan produk batik khas Ponorogo ke luar daerah lewat pameran. "Kami berharap ada kebijakan dari pemerintah ikut menjaga batik, seperti mewajibkan penggunaan batik di kalangan instansi,’’ ungkapnya. Demikian sebagaimana diinformasikan oleh Radar Madiun (KR-LID/AS).

IKLAN

Recent-Post