Berita Utama

[News][bleft]

Sari Berita

[Sekilas][twocolumns]

Batik Ngadirojo Lestari, Bukti Kekayaan Budaya Pacitan yang Tak Lekang Zaman



PACITAN (KORAN KRIDHARAKYAT.COM) - Di Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan, warisan budaya tetap lestari lebih dari setengah abad. Sejak 1951, wilayah ini menjadi rumah bagi para perajin batik yang setia menjaga tradisi dari generasi ke generasi. Galeri Batik Puri, milik Sumiantin, salah satunya. Perempuan 42 tahun ini adalah salah satu sosok yang menjaga tradisi batik tulis di Ngadirojo. ‘’Kami melestarikan motif-motif batik khas Pacitan. Salah satunya batik Pace yang sudah dipatenkan pemerintah daerah,’’ katanya, Minggu (15/12).

Batik Pace, terinspirasi dari buah pace (mengkudu), simbol ikonik Pacitan. Selain itu, ada motif Lorok, Parang Kusumo, hingga Kawung. inovasi terus dilakukan, dengan mengembangkan motif baru batik Jagad, yang merupakan gagasan Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji.

Setiap lembar kain batik yang dihasilkan tidak hanya menyimpan cerita budaya, tetapi juga kehidupan. Sumiantin mempekerjakan hingga 30 karyawan. Sebagian besar adalah ibu rumah tangga dari rumah masing-masing. ‘’Kami ingin semua orang bisa tetap produktif, bahkan sambil mengurus keluarga,’’ tutur perajin generasi ketiga ini. Produksi batik di Ngadirojo dalam sebulan rata-rata 150 hingga 200 lembar.

Tidak hanya untuk busana, hasil karya tangan-tangan terampil ini juga menjadi taplak meja, sprei, hingga aksesoris seperti ikat kepala dan sarung. Pemasarannya pun meluas hingga luar Jawa, seperti Batam dan Tanjung Pinang. Di tengah perkembangan zaman, batik Ngadirojo terus beradaptasi. Motif-motif tradisional dipadukan dengan warna dan pola modern untuk memenuhi selera pasar yang dinamis. ‘’Kami ingin batik ini tidak hanya menjadi bagian dari sejarah, tetapi juga masa depan,’’ harap Sumiantin.

Pemerintah daerah mendukung penuh dengan memasarkan produk mereka melalui berbagai pameran dan melindungi motif khas daerah melalui hak paten. Namun, persaingan dengan batik cetak menjadi salah satu tantangan para perajin. ‘’Batik tulis itu punya cerita, sentuhan personal. Itu yang tidak bisa digantikan mesin,’’ tutur Sumiantin.

Camat Ngadirojo Nanang Hardiwijono menyebut batik sebagai denyut ekonomi yang penting di wilayahnya. ‘’Industri batik ini tidak hanya mengangkat ekonomi masyarakat, tetapi juga membuka peluang karier bagi generasi muda di bidang desain dan seni,’’ sebutnya. Demikian sebagaimana diinformasikan oleh Radar Madiun. (KR-LID/AS)

IKLAN

Recent-Post