Dayak Layak Bagi Indonesia Paguyuban Keluarga Besar Borneo Madiun
Oleh : Liki Paldo |
PULAU Kalimantan yang dikenal sebagai Borneo adalah pulau besar di Indonesia dengan hutan terluas setelah Amazon sebagai paru-paru dunia. Pulau Kalimantan dihuni oleh suku Dayak yang ada kesan suku primitif dengan suka mengayau (memenggal kepala orang untuk upacara adat). Sekarang kesan itu sudah terhalau. Namun kesan sangar masih melekat terkait Peristiwa Sambas. Peristiwa Sambas bermula pada 17 Januari 1999 adanya kerusuhan antara suku Melayu dibantu oleh masyarakat lokal suku Dayak dalam melakukan penangkapan pencuri ayam yang kebetulan terduga merupakan warga suku Madura. Karena pencuri diketahui telah beberapa kali melakukan aksinya sehingga dianiaya oleh warga masyarakat setempat. Tidak terima temannya dianiaya, dua hari berikutnya sekitar 200 warga suku Madura menyerang masyarakat suku Melayu di desa tersebut, sehingga penyerangan tersebut menewaskan 3 orang suku Melayu. Sebelumnya juga terjadi kasus perkelahian antara kernet bus warga lokal Melayu dengan penumpang dari suku Madura yang tidak mau membayar ongkos. Sejak saat itu aksi balas dendam dan “perang” masyarakat lokal suku Melayu dan suku Dayak menghadapi suku Madura sebagai pendatang. Peristiwa itu menjadi bencana nasional yang istilah sekarang dikenal dengan istilah “viral”, namun sekarang sudah dilupakan orang.
MASYARAKAT Dayak sebagai suku terbesar dari pulau Borneo, banyak dan akur, sadar akan nilai akhlak mulia. Dengan berbagai mitos, seperti Panglima Burung, sosok pahlawan yang dipercayai sebagai penolong kebenaran. Panglima Burung datang saat ada permasalahan yang berat menimpa warga Dayak. Selain itu di suku Dayak ada acara yang dilakukan setiap tahun yaitu Gawai. Gawai merupakan tradisi masyarakat Dayak dalam merayakan panen padi, suatu acara pesta yang dirayakan sebagai ucapan syukur dan terima kasih kepada Tuhan atas panen yang melimpah.
GENERASI muda Dayak meretas batas merambah sampai ke seluruh Indonesia, termasuk Madiun. Salah seorang mahasiswa asal Borneo di Madiun menyampaikan bahwa “di mana pun kita berada kita tetap harus ingat tempat lahir kita”. Walaupun jauh dari orang tua dan berbeda pulau, kita harus balik di tanah kelahiran untuk membangun bangsa dan tanah air sebagai bagian dari Indonesia dengan kekayaan budaya dan keragaman hayati berupa flora fauna.
HADIRNYA Paguyuban Keluarga Besar Borneo Madiun (PKBBM) dapat membantu mahasiswa dari Kalimantan mendapatkan keluarga baru. Demi menuntut ilmu demi masa depan dan mengangkat martabat keluarga mereka Bersatu padu saling mendukung. Hadirnya PKBBM membantu mereka membangun persaudaraan dan memperkenalkan budaua Borneo di Madiun. Banyak kegiatan yang diikuti oleh mahasiswa mulai dari kegiatan dalam kampus maupun di luar kampus. Melalui Aurkuning, sanggar tari Kalimantan, mahasiswa Kalimantan bersosialisasi dan berkreasi. Bahkan kelompok tari ini pernah mengikuti lomba dan mendapat juara 1 tingkat nasional dalam kategori tari kelompok. Berbagai gerakan yang dilakukan serta latihan yang keras membuahkan hasil terbaik. Kampus Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya kampus Kota Madiun mengapresiasi dengan memberikan piagam penghargaan dan uang pembinaan.
KEBINEKAAN global diwarnai oleh komunitas PKBBM yang membentuk Indonesia mini di Madiun. Melalui PKBBM, mahasiswa Dayak yang ada di Madiun tidak hanya belajar, melainkan juga menjadi generasi yang mampu memperkenalkan keindahan tradisi dan budaya Dayak kepada Masyarakat luas, serta terus bersemangat untuk melestarikan budaya agar tetap menyala. Tanpa mengenal, memahami, menghayati, dan melaksanakan budaya sebagai hasil budi daya leluhur, hidup akan ngawur, tak terarah seakan tidak menginjak tanah. Mari menjadi generasi yang bersemboyan “di mana bumi di pijak, di situ bumi dijunjung” sekaligus tidak berlaku seperti “kacang lupa akan kulitnya”. Merdeka dan jayalah Indonesia Raya. Kaum muda Borneo mendukung dan mewujudkan profil Pelajar Pancasila.
*) Liki Paldo: Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya Kampus Kota Madiun, berasal dari Kalimantan Barat.