Berita Utama

[News][bleft]

Sari Berita

[Sekilas][twocolumns]

HARI IBU VS DASTER DAN BH UNTUK BAWASLU


Oleh : Agnes Adhani


ADA hal yang menarik dari peringatan Hari Ibu 2024 kali ini dikaitkan dengan peristiwa di Kota Madiun: Bawaslu mendapat hadiah daster dan BH sebagai lambang kepengecutan dan ketakutan, ketidakberanian melanjutkan laporan money politic pada pilkada Oktober lalu.


KITA perlu mengulik sejarah 96 tahun lalu sebagai peristiwa sejarah yang menyejarah bagi perjuangan Perempuan Indonesia, 17 tahun sebelum Indonesia merdeka. Gaungnya memang tidak sedahsyat Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Pada tahun yang sama, tepatnya 22-25 Desember 1928, 55 hari setelah Sumpah Pemuda, di Yogyakarta,  para perempuan juga mengukir sejarah dengan mengadakan Kongres Perempuan Indonesia I yang dihadiri 30 organisasi perempuan dengan 1000 peserta. Pergerakan dan perjuangan perempuan ini berusaha menyatukan  seluruh organisasi perempuan tanpa memandang latar belakang agama, politik, kedudukan sosial, dan bergabung dalam Perikatan Perkumpulan Perempuan Indonesia (PPPI). Mereka berjuang untuk emansipasi dalam bidang politik, pendidikan, dan membahas masalah perkawinan dan perlindungan perempuan dan anak. Sungguh perempuan bergerak dan berjuang. 


NAMUN tidak tahu mengapa Keppres nomor 316 tahun 1959 menghargai peristiwa Kongres Perempuan Indonesia ini dengan ditetapkan sebagai Hari Ibu bukan Hari Perempuan. Namun pengakuan sebagai hari peringatan nasional bukan hari libur pun tetap perlu diapresiasi.


PERINGATAN Hari Ibu 2024 mengangkat tema “Perempuan Menyapa, Perempuan Berdaya Menuju Indonesia Emas 2045” yang menunjukkan bahwa perempuan sebagai pilar utama pembangunan mampu menyapa: menunjukkan keterlibatan aktif dalam berbagai aspek kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta berdaya: memiliki kekuatan, kemampuan, keberanian untuk menentukan jalan hidupnya dan memberi kontribusi nyata dan mampu mengperjuangkan hak-haknya, serta berperan aktif mendukung Indonesia emas 2045. Hal ini menunjukkan bahwa perempuan tidak lemah, bukan penakut, dan diam serta bersembunyi melihat ketimpangan, ketidakadilan, dan ketidakbenaran.


BAHWA perempuan bukan makhluk lemah, pengecut, dan penakut dinisbikan oleh oknum yang mengatasnamakan Forum Masyarakat Bersama Kota Madiun. Daster dan BH yang dihadiahkan kepada Bawaslu Kota Madiun yang tidak “berani” bertindak atas dugaan money politic pada pilkada Oktober lalu merupakan simbol pelecehan terhadap perempuan. Apakah tidak ada simbol lain tanpa melecehkan dan mencemarkan nama baik perempuan? Mereka saya yakin dan pasti dilahirkan oleh perempuan, disusui, diasuh, dididik pertama tentu oleh perempuan yang berdaster dan ber-BH. Begitu rendahkah mereka memandang perempuan yang berperan penting dalam kehidupan?


KIRIMAN wortel, yang banyak mengandung vitamin A, sehingga mata sehat, tidak siwer dan buram memandang sesuatu, menjadi awas tentu lebih netral dan bijaksana. Bawaslu yang berperan sebagai pengawas, diharapkan semakin awas bila indra penglihatannya sehat. Ayo komunitas yang mengatasnamakan masyarakat Madiun jangan banal dan brutal mengawal hidup agar semakin manusiawi, tanpa mencederai dan melukai.

SELAMAT Hari Ibu 2024. Merdeka para perempuan Indonesia.

*) Penulis adalah Dosen Pendidikan Bahasa Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,  Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya dan pemerhati masalah perempuan.

IKLAN

Recent-Post