Berita Utama

[News][bleft]

Sari Berita

[Sekilas][twocolumns]

Perjalanan Sederhana di Dunia Sastra, Peziarahan Sunyi Memaknai Hidup : Obituari Untuk Bapak Tulus Setiyadi

 


Foto terakhir, sehari sebelum Beliau berpulang. Selamat jalan


SENIN siang, 20 Januari 2025, yang terasa  mrampang ‘panas yang tidak terasa nyaman’ ada duka yang bergelayut di desa Banjarsari, tepatnya sebelah SMPN 1 Nglames Kabupaten Madiun. Ada duka yang mendalam bagi warga sastra Mataraman, Madiun dan sekitarnya. Telah pulang ke haribaan Tuhan, Bapak Tulus Setiyadi. Usia tidak ada yang menjamin, umur tidak ada yang bisa mengukur, dan jalan kematian adalah sebuah teka-teki, rahasia Illahi.


MINGGU dini hari masih memberitahukan kepada sejawat ada Saudara yang meninggal, Bapak Honggo dari Magetan. Namun setelah itu Beliau pun menjemput maut. Seakan kencan beriringan menghadap Tuhan dan mengakhiri peziarahannya di dunia.


BAPAK Tulus Setiadi, seorang sastrawan Jawa yang produktif, nguri-uri, ngurup-urup, ngurip-urip ‘melestarikan, membuat tetap menyala, dan tetap hidup’ sastra Jawa, patut diacungi jempol. Langkah sederhana sebagai seorang petani yang mengolah sawah, namun masih punya nyali dan nyala untuk tetap bersastra secara produktif menghasilkan cukup banyak novel berbahasa Jawa dan geguritan. Termasuk juga beberapa Kumpulan puisi berbahasa Indonesia.


PERJUMPAAN dengan Beliau dalam beberapa kegiatan, salah satunya pada Sabtu, 25 Mei 2026 bersama-sama menjemput senja di Tebing Breksi dengan membaca puisi dalam  acara “Sastra Bulan Purnama”. Perjalanan panjang Madiun-Kartasura-Boyolali-Klaten-Jogja-Tebing Breksi-Solo-Cemoro Kandang-Madiun, mampu menguak sisi lain Saudara kita ini. Dalam menceritakan perjalanan hidup dan jejaknya di Jogja dan sekitarnya.


SELAIN itu dalam acara “Gebyar Literasi dan Jelajah Bumi, Berkarya Bersama yang Istiwewa”, pada Sabtu-Minggu, 28-29 Juni 2024 di Sumberdodol Kecamatan Panekan Kabupaten Magetan bersama Pak Tulus. Membersamai anak penyandang disabilitas bersastra di Angringan Bara-Bhinneka Tunggal Ika. Pengalaman menarik dan unik tak terlupakan merupakan peristiwa yang tak terlupakan, termasuk menikmati dinginnya lereng Lawu tertinggi di desa Sukowidi.


BEBERAPA kali bertemu dengan beberapa teman lintas komunitas yang dipelopori Pak Tulus, akhirnya terbentuk komunitas sastra di Madiun dengan KOSAMARA (Komunitas Sastra Madiun Raya). Gagasannya untuk berhimpun dan bersilaturami sastra merupakan warisan Pak Tulus Setiyadi yang harus tetap dijaga dan dihidupi. Mengajak keluar dari sarang kampus adalah jasa besar Beliau kepada penulis, sehingga meluaskan cakrawala hidup bersastra. Punya keberanian untuk mempublikasikan karya, membacakan puisi, bergeguritan adalah jasa Pak Tulus yang sungguh tulus.


HANYA sejumput doa, semoga Pak Lulus yang telah lulus hidup di dunia mendapatkan surga mulia dan abadi. Segala karya sebagai penanda jejak di dunia sungguh bermakna dan berguna. Amin. Selamat jalan dan kembali kepada Sang Pemilik Kehidupan sebagai tujuan hidup Pak Tulus. Semoga kami yang masih berziarah di dunia ini mampu melanjutkan perjuangan hidup, khususnya dalam menelusuri jalan sunyi dan sederhana di jalan sastra. (Agnes Adhani).

IKLAN

Recent-Post