Berita Utama

[News][bleft]

Sari Berita

[Sekilas][twocolumns]

Kemandirian Gizi: Solusi Jangka Panjang bagi Generasi


Oleh : Asti Musman


Lebih dari seratus tahun lalu, Raden Ajeng Kartini menuliskan pemikirannya tentang pendidikan dan kemandirian dalam sebuah nota kepada pemerintah Belanda. Dalam suratnya, ia menyampaikan sebuah gagasan yang begitu mendalam dan relevan hingga hari ini:

“Pemerintah tidak akan sanggup menyediakan nasi sepiring kepada orang Jawa, untuk dimakannya. Tetapi pemerintah dapat memberikan daya upaya, supaya orang Jawa dapat mencari dan mengusahakan makanan itu. Daya upaya itu ialah pengajaran. Memberikan pengajaran yang baik kepada penduduk bumiputera, sama halnya dengan pemerintah memberikan ‘suluh’ ke dalam tangannya agar supaya ia dapat mencari sendiri jalan yang benar.” (RA Kartini, dalam Tashadi, 1986:29).


Kartini memahami, memberikan makanan kepada rakyat hanyalah solusi jangka pendek. Pemerintah, sekuat apa pun, tidak akan mampu terus-menerus menyediakan kebutuhan dasar bagi seluruh rakyatnya. Namun, dengan memberikan pendidikan yang baik, masyarakat akan mampu mencari penghidupan mereka sendiri. Kartini mengibaratkan pendidikan sebagai suluh atau pelita yang akan menuntun seseorang dalam menemukan jalannya menuju kemandirian dan kesejahteraan.


Gagasan ini masih sangat relevan di era modern, terutama dalam konteks kebijakan pemerintah terkait penyediaan makan bergizi gratis bagi anak-anak sekolah. Kebijakan ini tentu memiliki tujuan yang mulia, yaitu memastikan generasi muda mendapatkan nutrisi yang cukup untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. Namun, jika kita menilik pemikiran Kartini, permasalahan ini tidak hanya berhenti pada sekadar menyediakan sepiring nasi. Ada persoalan yang lebih mendasar dan lebih luas yang perlu diperhatikan, yaitu bagaimana memastikan setiap keluarga mampu menyediakan makanan bergizi bagi anak-anaknya secara mandiri tanpa harus bergantung terus-menerus pada bantuan pemerintah.


Pendidikan sebagai Jalan Menuju Kemandirian


Masalah gizi anak-anak tidak bisa dipisahkan dari kondisi ekonomi orang tua mereka. Jika keluarga memiliki penghasilan yang cukup, mereka tidak akan kesulitan untuk menyediakan makanan bergizi bagi anak-anaknya. Sebaliknya, jika pendapatan rendah dan tidak stabil, maka kebutuhan gizi sering kali menjadi terabaikan. Oleh karena itu, solusi jangka panjang yang sejalan dengan pemikiran Kartini bukanlah hanya memberikan makan bergizi gratis, tetapi juga meningkatkan daya ekonomi keluarga melalui pendidikan dan keterampilan.


Saat ini, para siswa telah mendapatkan pengajaran dengan kurikulum yang tersusun rapi. Namun, bagaimana dengan orang tua mereka? Banyak orang tua yang masih berjuang dengan penghasilan yang minim dan keterbatasan dalam mengembangkan mata pencaharian mereka. Oleh karena itu, pendidikan dan pelatihan keterampilan bagi para orang tua menjadi aspek yang sangat penting dalam menciptakan kemandirian ekonomi.


Misalnya, bagi orang tua yang bekerja sebagai pedagang sayur atau penjual nasi pecel, mereka perlu mendapatkan pelatihan untuk mengembangkan usaha mereka. Mereka bisa dibimbing dalam pengelolaan modal, strategi pemasaran, dan pemanfaatan teknologi untuk memperluas jangkauan usaha mereka. Dengan adanya program pelatihan ini, mereka tidak hanya mampu meningkatkan penghasilan mereka sendiri, tetapi juga memberikan dampak ekonomi yang lebih luas bagi komunitas sekitar.


Pemanfaatan Teknologi dalam Meningkatkan Kesejahteraan


Di era digital seperti sekarang, peluang untuk meningkatkan pendapatan melalui teknologi semakin terbuka lebar. Sayangnya, banyak masyarakat yang belum sepenuhnya memahami bagaimana memanfaatkan teknologi untuk keuntungan ekonomi mereka. Oleh karena itu, pemerintah dan berbagai lembaga perlu memberikan edukasi dan bimbingan mengenai digitalisasi ekonomi kepada masyarakat, terutama kepada kelompok dengan pendapatan rendah.


Sebagai contoh, seorang pedagang kecil yang menjual makanan tradisional bisa diajarkan cara memasarkan produknya melalui media sosial atau platform e-commerce. Dengan begitu, ia tidak hanya mengandalkan pembeli dari lingkungan sekitar, tetapi juga bisa menjangkau pelanggan yang lebih luas. Dengan meningkatnya daya beli dan pasar, maka pendapatannya pun akan meningkat, dan pada akhirnya ia dapat menyediakan makanan bergizi bagi keluarganya tanpa bergantung pada bantuan pemerintah.


Program seperti ini telah diterapkan di beberapa daerah dengan hasil yang cukup menggembirakan. Di berbagai wilayah Indonesia, banyak ibu rumah tangga yang awalnya hanya berjualan di pasar tradisional, kini bisa menjangkau pelanggan melalui sistem pre-order online. Ini adalah contoh nyata bagaimana pengajaran yang tepat bisa menjadi suluh bagi masyarakat untuk mencapai kemandirian ekonomi.


Membangun Ekosistem yang Berkelanjutan


Selain pelatihan dan edukasi, pemerintah juga perlu membangun ekosistem yang mendukung perkembangan ekonomi masyarakat. Akses terhadap modal usaha, bimbingan dalam manajemen bisnis, serta infrastruktur yang memadai menjadi faktor penting dalam memastikan keberlanjutan program ini. Tanpa adanya dukungan ekosistem yang baik, maka usaha kecil yang dirintis oleh masyarakat akan sulit berkembang.


Selain itu, kemitraan dengan berbagai pihak juga bisa menjadi solusi yang efektif. Pemerintah bisa bekerja sama dengan perusahaan swasta dan lembaga sosial untuk menyediakan program pelatihan dan pendampingan bagi masyarakat. Dengan demikian, masyarakat tidak hanya mendapatkan teori, tetapi juga pengalaman praktik yang dapat langsung diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.


Menanamkan Mindset Kemandirian Sejak Dini


Selain memberikan pendidikan kepada orang tua, penting juga untuk menanamkan pola pikir kemandirian kepada anak-anak sejak dini. Kurikulum pendidikan di sekolah perlu memasukkan materi tentang kewirausahaan, pengelolaan keuangan, serta keterampilan hidup yang dapat membantu mereka menjadi individu yang mandiri di masa depan. Dengan demikian, mereka tidak hanya tumbuh dengan pengetahuan akademis, tetapi juga memiliki keterampilan praktis yang dapat membantu mereka menghadapi tantangan di dunia nyata.


Seperti yang dikatakan oleh Nelson Mandela:

“Education is the most powerful weapon which you can use to change the world.”(Pendidikan adalah senjata paling ampuh yang dapat Anda gunakan untuk mengubah dunia.)


Kartini pun telah menyampaikan gagasan serupa lebih dari satu abad yang lalu. Ia percaya bahwa pendidikan adalah kunci bagi kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu, jika kita ingin menciptakan masyarakat yang sejahtera dan mandiri, maka pendidikan harus menjadi prioritas utama, bukan hanya bagi anak-anak, tetapi juga bagi orang tua mereka.


Kesimpulan

Masalah makan bergizi gratis bagi anak-anak sekolah bukanlah persoalan yang berdiri sendiri. Ini adalah bagian dari permasalahan yang lebih besar, yaitu kesejahteraan keluarga dan kemandirian ekonomi masyarakat. Jika hanya memberikan makanan tanpa membangun kemandirian, maka masalah ini akan terus berulang tanpa solusi yang nyata.


Sebagaimana yang diungkapkan oleh Kartini, pemerintah tidak akan mampu menyediakan makanan selamanya bagi rakyatnya. Namun, dengan memberikan pendidikan dan pengajaran yang baik, rakyat akan mampu mencari jalan mereka sendiri menuju kesejahteraan. Oleh karena itu, solusi terbaik adalah dengan memberikan pendidikan dan pelatihan kepada masyarakat, terutama kepada para orang tua, agar mereka memiliki keterampilan dan kesempatan untuk meningkatkan penghidupan mereka.


Dengan pendekatan ini, kita tidak hanya menyelesaikan masalah makan bergizi gratis, tetapi juga membangun masyarakat yang lebih mandiri, kuat, dan tidak selalu bergantung pada bantuan pemerintah. Sehingga, dalam jangka panjang, negara dapat lebih fokus pada pembangunan infrastruktur, pendidikan, dan kesejahteraan secara keseluruhan, menciptakan Indonesia yang lebih maju dan sejahtera.


ASTI MUSMAN merupakan alumnus Fakultas Pertanian Universitas Udayana Bali.  Penulis pernah bekerja sebagai announcer dan reporter di Radio Global FM Bali, Penanggung Jawab Radio Swara Jogja dan Radio Global FM Yogyakarta, Eksekutif produser feature Jogja TV dan founder Srory Corner Madiun (SCM). Ia telah menulis lebih dari 40 buku yang bertema psikologi, sosial, dan budaya, karaya terbarunya : Seksualitas dalam Budaya Jawa (Gerbang Media, Yogyakarta, 2025), Amazing Leaders (Anak Hebat Indonesia, Yogyakarta, 2025), dan Kumpulan Geguritan Kinanthi Gurit Pawestri (Interlude, Yogyakarta, 2025). Saat ini penulis tinggal di Madiun dan aktif dalam Komunitas Sastra Madiun Raya (Kosamara). FB : astimusman.

IKLAN

Recent-Post