Berita Utama

[News][bleft]

Sari Berita

[Sekilas][twocolumns]

Padukan Ekonomi dan Seni Budaya, Pasar Krempyeng Pacitan Lestarikan Tradisi di Tengah Modernisasi




PACITAN (KORAN KRIDHARAKYAT.COM) - Keberadaan Pasar Beling Minggu Wage di Dusun Nitikan, Desa Sukoharjo, Kecamatan Pacitan, masih menjadi magnet masyarakat. Setiap haris pasaran Minggu Wage, pasar ini menjadi ajang bertemunya para pedagang dan pembeli, menghidupkan suasana yang sarat kehangatan dan nostalgia. Laiknya pasar, aktivitas jual-beli dan aroma sajian berbagai jajan tardisonal begitu kental terasa.


Jajanan lopis, jongkong, cenil warna-warni, jenang yang kenyal, tiwul hangat, jadah bakar, dawet segar gula jawa, kupat tahu, dan lontong pecel, menggugah ingatan akan masa kecil. Mariyati, salah seorang pedagang, sengaja  ingin mengenalkan makanan tradisional kepada generasi muda. ‘’Di pasar ini, mereka bisa merasakan rasa asli dari kuliner kita tempo dulu,’’ tutur perempuan lanjut usia ini, Minggu (3/11) lalu.


Lebih dari itu, adalah jantung kehidupan sosial. Banyak pengunjung datang bukan hanya untuk berbelanja, tetapi juga bersosialisasi, berbagi cerita dalam suasana kekeluargaan. ‘’Ini tempat kami bisa bertemu dan berbagi. Banyak yang sudah saling kenal,’’ timpal Gatot, salah seorang pengunjung setia.


Pasar rempyeng menjadi destinasi unik desa ini, menawarkan pengalaman berbelanja yang tidak menyenangkan dan mengedukasi. Pengunjung pasar disuguhi keindahan seni tradisional gamelan berbahan beling atau kaca yang menciptakan suara khas dan unik. Gamelan beling merupakan bagian dari upaya pelestarian budaya lokal perpaduan elemen tradisional dan inovasi modern.


Penampilan gamelan ini menjadi daya tarik tersendiri, hingga menambah suasana pasar yang berbeda. Dengan berbagai produk lokal yang ditawarkan, seperti kerajinan tangan dan makanan khas, di pasar krempyeng juga bisa menikmati kekayaan budaya. ‘’Para pengunjung dapat merasakan atmosfer yang hidup, di mana seni dan perdagangan bertemu dalam harmoni yang indah,’’ sebut Amin Sastrowijoyo, pelestari budaya.


Selain berfungsi sebagai pusat ekonomi, juga menjadi wadah untuk melestarikan dan mempromosikan seni dan budaya lokal. Sehingga, menjadikan salah satu tempat layak dikunjungi. Keberadaan pasar ini juga memberikan peluang bagi para pelaku usaha kecil dan menengah. Dengan harga bersaing dan kualitas produk terjamin, para petani dan produsen lokal dapat menjual hasil mereka langsung ke konsumen.


Hal ini tidak hanya membantu perekonomian lokal tetapi juga mendukung keberlanjutan produk lokal. ‘’Saya bisa menjual sayuran segar hasil panen sendiri di sini, dan itu sangat membantu kebutuhan keluarga,’’ ungkap Siti, petani cabai setempat.


Pemerintah desa pun berupaya menjaga kelestarian pasar ini melalui program-program pengembangan. ‘’Kami menyadari pasar tradisional sebagai bagian dari identitas budaya. Kami ingin memastikan pasar krempyeng eksis dan berkembang,’’ jelas Kepala Desa Sukoharjo Solichin.


Dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya produk lokal dan kuliner tradisional, masa depan pasar krempyeng masih cerah. Pun sebagai simbol ketahanan tradisi, memberikan harapan bahwa nilai-nilai lokal dapat bertahan di tengah arus modernisasi.Demikian sebagaimana diinformasikan oleh RRI Madiun. (KR-LID/AS)

IKLAN

Recent-Post