Berita Utama

[News][bleft]

Sari Berita

[Sekilas][twocolumns]

Pengasuh PP Sabilithohirin Madiun Tulis Tafsir Jawan Terinspirasi Ulama Nusantara

MADIUN (KORAN KRIDHARAKYAT.COM) - Dunia keilmuan Islam di Nusantara patut berbangga. Ahmad Faruk kini tengah fokus menuliskan Tafsir Jawan. Sebuah karya yang mengkomparasikan dua tafsir dari pemikir Islam kontemporer ke dalam bahasa Jawa. Tradisi kepenulisan ala pesantren ini coba dihidupkan kembali oleh pria yang kini sedang menempuh program doktoral Studi Islam di IAIN Ponorogo tersebut. ‘’Ingsun nyuwun baurêksa marang Allah saking setan kang katolak saking sih rahmate Allah lan kabêcikan, muga setan mau ora mlarati apa-apa (babar pisan) ing ingsun.”



Tafsir Jawan diawali dengan kalimat ta’awwudz, dilanjutkan juz per juz mulai surat al-Fatihah. Keseluruhan kalimat ditafsirkan menggunakan bahasa Jawa untuk mengomentari ayat per ayat. Merujuk pada Tafsir Al-Wajiz (karya Wahbah Mustafa al-Zuhayli dari Syiria) dan Tafsir Al-Mizan (karya Sayyid Muhammad Husain Thabathaba'i dari Iran). Model penulisannya, rujukan dari tafsir Tafsir Al-Wajiz tertera di teks utama (body text). Sedangkan rujukan penafsiran dari Tafsir Al-Mizan diletakkan pada catatan kaki. ‘’Menulis dengan bahasa Jawa itu harus rajin-rajin buka kamus karena ada beberapa kata yang kini sudah tak lagi digunakan dalam percakapan sehari-hari,’’ kata Ahmad Faruk.


Proses kreatif yang dimulai sejak 2023 itu telah menghasilkan 5 juz setebal 553 halaman. Diperkirakan butuh waktu hingga enam tahun untuk merampungkan penulisan tafsir 30 juz. ‘’Saya biasa menulis bakda subuh karena pikiran masih fresh,’’ jelas pengasuh PP Sabilithohirin, Gotak, Klorogan, Geger, Madiun, itu.


Faruk terinspirasi untuk menulis Tafsir Jawan setelah melihat karya KH Shodiq Hamzah, yaitu Tafsir Al-Bayan, yang juga ditulis dalam bahasa Jawa. Dari sana, Faruk menyadari adanya kekosongan dalam literasi tafsir Jawa di Nusantara selama ini. ‘’Setelah Tafsir Al-Ibriz karya abahnya Gus Mus (KH Bisyri Mustofa, Red) pada era 1960-an, baru ada lagi tafsir Jawa karya KH Shodiq Hamzah. Saya ingin mencoba mengisi kekosongan itu,’’ jelas Faruk, yang merupakan alumni Pondok Tremas, Pacitan.


Dalam Tafsir Jawan, Ahmad Faruk tertarik untuk mengkomparasikan dua pendekatan penafsiran. Antara Wahbah al-Zuhayli yang beraliran ahlussunnah wal jamaah dengan Sayyid Muhammad Husain Thabathaba'i yang mewakili mazhab syi’ah. ‘’Dua mazhab itu menarik untuk disandingkan sebagai muqoronah (perbandingan),’’ terang dosen Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah (FUAD) IAIN Ponorogo, tersebut.


Tafsir Al-Wajiz sangat relevan untuk dikaji muslim Indonesia yang mayoritas beraliran ahlussunnah wal jamaah. Menariknya lagi, Wahbah al-Zuhayli, penulisnya, pernah mendapat penghargaan nobel dari Iran yang notabene bermazhab syiah. Itu menunjukkan adanya ruang dialog dari kedua mazhab penting dalam Islam. Spirit toleransi itu patut diteladani demi pengembangan ilmu pengetahuan Islam. ‘’Tafsir Al-Wajiz gaya bahasanya ringkas. Tidak banyak memberi penekanan pada aspek makna kamus. Penjelasannya lugas, tidak bertele-tele mengupas asal-usul kata, etimologi maupun qira’ah. Jadi langsung menuturkan makna dari setiap kata,’’ urai suami Maya Fadhila Zulfa, itu.


Tafsir Al-Mizan juga menarik untuk dikaji sebagai pembanding. Sayyid Muhammad Husain Thabathaba'i menjelaskan ayat-ayat Alqur'an dengan pendekatan filosofis. Sebagai seorang filosof, Thabathaba'i menyajikan tafsir yang logis dan mudah dipahami. ‘’Pembelajaran filsafat di Iran sangat terbuka dan sistematis, terutama di pesantren-pesantren sehingga melahirkan pemikir seperti Thabathaba'i. Sedangkan pesantren di tanah air, filsafat tidak diajarkan dan cenderung dijauhkan. Padahal filsafat itu berguna untuk menjawab tantangan intelektual dari dunia Barat,’’ jelas bapak empat anak tersebut.


Kelak, setelah Tafsir Jawan khatam, Ahmad Faruk berencana menerbitkannya untuk masyarakat luas. Sebagaimana ulama-ulama pesantren Nusantara di masa lalu yang banyak menuliskan karyanya dalam bahasa Jawa. ‘’Juga untuk menambah perspektif pemikiran di luar arus utama mazhab mainstream yang dianut selama ini,’’ harapnya. Demikian sebagaimana diinformasikan oleh Radar Madiun. (KR-FEB/AS)


IKLAN

Recent-Post